“LOLIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII. LOLIPOOOOOOOOOOOOOP. LOLITAAAAAAAAAAAAAA!!!”
Hosh. Hosh. Hosh. Hosh.
“Fallaaaaaaaa! Kamu bisa diem nggak sih ?! aku maluuuuu dilietin banyak orang disini. ERRR! Kamu tuh bisa nggak sekali aja kalau nyamperin aku pake acara yang normal aja, gak perlu treak gitu ? ha ? lagian itu kasian pita suara kamu kalo kebanyakn teriak bisa korslet loh.”
Aku menggerutu pelan pada sahabat ku itu, menoleh ke belakang tempat dia berada selangkah dibelakang ku, lalu kembali berjalan ke depan.
“Banyak omong kamu, ah. Ini tuh namanya tradisi ala aku tauuu, nanti kalau nggak ada lagi yang ngagetin kamu kayak tadi, kamu bakal kangen dan nyariin aku pasti.”
Balasnya sambil memperbaiki rambutnya yang tomboy itu. Lalu menyeka kacamatanya dan segera menggandeng ku.
“Dih. Pede kamu. Udah ah, lepas tangannya, ntar dikira sekampus kita belok lagi. Aku nggak mau reputasi ku ancur gegara kamu. HA.HA.HA”
“ERRRR! Eh itu tadi, Pak Tio nyari kamu, katanya kamu diminta buat ngisi kuliahnya besok jam 10 di kelas biasa. Ciyeee, besok bakal digombal adek-adek unyu lagi, loli ciyeeee. Hihiy. HA.HA.HA”
“HISSSSH” wajah ku membentuk garis-garis cemberut basi karena membayangkan suasana kelas biasa tempat ku gantiin Pak Tio. Lalu dalam sekejap berubah ceria, kepalaku mengikuti arah orang itu berjalan, dan akhirnya menghilang. Aku mencari-cari.
“Lol ? Lolipop ? Lolitaaa ? Hoi ? Hoi ?!! LOLITA!” panggil fala dan kemudian diakhirinya dengan menggerutu dihadapan wajahku sambil mengoyang-goyangkan kedua telapak tangannya.
“Apaan sih, fal. Ganggu deh, kamu. Eh ? mana yaaa ?” masih mencari. Orang itu.
“ngapain sih, kamu ? nyari siapa ? falla lalu turut serta mencari-cari siapa gerangan yang membuat ku sibuk mencarinya.
“siapa sih, lol ?” Pak Tio ?” lanjutnya.
“Eh ? enggak. Yuk ah.”
☺☺☺
Kampus, Universitas Slamet Riyadi, Surakarta. Pukul 09.48.
Aku menyusuri jalan menuju kelas tempat aku bakal ngajar gantiin Pak Tio yang hari ini entah sedang dimana. Menyusuri jalanan penuh mahasiswa yang masing-masing sibuk dengan kegiatan mereka.
“Falla, mana yaaa. Harusnya udah nongol dia jam segini. Huh, kemana lagi deh dia..” aku membathin, sembari mata ku menyapu bersih setiap sudut-sudut koridor kampus, kalau-kalau falla sedang berkeliaran disini. Hari ini dia janji akan menemani ku.
☺☺☺
“Fiuh. Akhirnya kelar juga ngajarnya. Dasar junior-junior gila, aku ngajar meraka melongos, juga menggoda ku. Lain kali kalau dimintai tolong Pak Tio aku gak lagi-lagi deh” kata ku, dalam hati. Tentu saja, aku tidak ingin diliat orang-orang disekitar sini berbicara sendiri, lalu menganggap ku gila.
“LOLITA!!!”
“ASTAGHFIRULLAH!!” kamu tuh yaa! Falla mengagetkan ku, lagi lagi. Jika saja aku punya kelainan jantung atau lemah jantung, aku mungkin akan pingsan dibuatnya. Tapi, sayang. Jantung ku baik-baik saja, malah sudah terbiasa dengan ulah sahabat ku yang satu ini.
“he he he. Santai dong, kayak baru sekali ini aja. Makan yuk ah, laperrrr...” kata falla seraya memegang perutnya.
“Aku juga, tadi anak-anak rese.”
“HA HA HA! Kan emang mereka kayak gitu. Harusnya udah terbiasa dong kamunya. Hihi”
“OGAAAAAAAAAH!! HEH ?!!
“Eh, maaf maaf. aku buru-buru, tadi ngecek hape trus hgak fokus ke jalan abis itu nabrak kamu. Maaf maaf.”
DHEG. DHEG. DHEG.
“Ini cowok kemarin yang ku cari-cari itu. Ah, kebetulan sekali. Waaah, manis sekali dia. Sopan pula. Kalo anak-anak lain abis nabrak ya pasti kabur gitu aja, ini dia sampe maaf berkali-kali. Aw.” Aku bercerita, bukan pada falla, pada hatiku, pendengar setia.
“Eh, iya gak papa.” Aku masih memandangnya, terus memandangnya hingga yang terlihat kini hanya punggungnya.
“EKHEM..” Falla memeluk dadanya, lalu menyikutku denga tangannya. Dia, menggoda ku. Rupanya dia tahu bahwa aku daritadi terus melihat orang itu.
“Apa ih. Wooo!” balas ku tidak ingin menanggapi godaan falla.
“kita tuh sahabatan udah lama, lol. Aku taulah, watak kamu itu kalo lagi kesengsem sama orang. Ya kayak tadi itu. Senyam senyum sendiri. Aku kenal dia lagi. Hahaha!”
“Eh ?”
“Iyaaa, dia itu senior ku. Kita se-jurusan kok. Tiap hari juga ketemu dia. Jadi ? mau nitip salam ?”
“Idih, enggak hei. Awas aja kalo berani ngomong.” Aku meneruskan jalan ku, sedikit lebih cepat dari Falla.
☺☺☺
Kantin kampus. Pukul 11.36
Kantin adalah tempat dimana aku melepas dahagaku juga laparku. Memanjakan perut juga tenggorokanku. Aku memesan menu seperti biasa, Falla juga demikian. Makanannya belum sampai ke meja kami, aku duduk sembari melihat sekeliling, terheran-heran kantin pagi ini kok sepi. Hanya ada aku, Falla, dua orang cewek dua meja dari kami, sepasang kekasih didepan dua orang cewek tadi, dan... DHEG. Cowok itu. Dia berada dimeja tepat dibelakang kami, aku dan Falla.
DHEG.
Aku terdiam, masih melihatnya yang sibuk dengan semangkuk baksonya. Sedang makan pun dia masih terlihat “keren”. Sesekali ia menyeruput Es Teh untuk menghilangkan rasa pedasnya, aku melihat jelas betapa ia sedang kepedisan. Hahaha, lucu. Melihatnya seperti itu.
“Lolita! Itu leher kasian, ntar bengkok loh.” Falla mengagetkan ku.
“Huss ah. Yuk makan.” Makanan kami ternyata sudah hampir daritadi tiba dimeja kami. Aku saja yang terlalu sibuk dengan orang itu. Aku memalingkan kembali kepala ku. Memulai makan dengan tetap sesekali melihat kearah belakang, kearah cowok itu. Sekali, dua kali, tiga kali, empat kali, lalu untuk yang kelima kali aku menoleh, ia menghilang. Meja itu sudah kosong, yang tertinggal hanyal semangkuk sisa bakso dan segelas Es Teh punya cowok itu tadi. Ah. Mana yaaa ?. aku menengok ke segala penjuru ruangan kantin, dan tidak menemukannya. Lalu kembali fokus pada makananku.
“Lolitaaa. Dia tuh udah pergi daritadi.... hahaha kasian. Tuh kaaaaan, naksir. Hihi. Besok kalo ketemu dia, aku kasih tau deh kalo temen aku yang satu ini rupanya sedang terpesona padanya. Hahaha”
“Nggak kok, Fal. Biasa aja ah. Coba aja ya sampe ngomong.” Aku melanjutkan kegiatan makanku.
☺☺☺
Terduduk diam, tanpa bersuara. Dadaku berdegup. Canggung. Mengingat-ngingat aku bermimpi apa semalam kini orang itu, ah cowok itu, duduk bersebelahan dengan ku, berniat membicarakan sesuatu. Aku semakin tidak mengerti, bagaimana orang yang bahkan tidak mengenal ku kini ingin membicarakan sesuatu dengan ku. Ia memulai, ceritanya...
“Kemarin, kau kah yang kemarin sering menoleh kearah ku ? Di kantin...”
DHEG. DHEG. DHEG.
Mendadak aku ingin sekali agar Falla tiba-tiba saja meneriaki ku dengan caranya, seperti selalu. Hingga aku bisa lari dari pembicaraan ini. Aku. Sama sekali tidak ingin membahasnya. Astagah.
“Benarkah ? kau diam. Aku menganggapnya benar. Itu kamu. Kemarin, ada seorang kawan yang mengatakan padaku. Kurasa kau sudah tahu itu...”
DHEG. DHEG. DHEG.
Aku tercegat. Apa ini. Kawan siapa. Ah. Lalu aku teringat kejadian kemarin bersama Falla, di Kantin. Aku ingat ia mengatakan akan memberitahu pada orang ini bahwa aku naksir padanya dan sering melihatnya. ERRR.
“FALLAAAA, RESE!!” aku berteriak, pada hatiku tentu saja. Lagi lagi.
“Hah ? siapa ? aku gak ngerti deh kamu ngomong apa...” aku mencoba tetap santai seperti biasa.
“Falla, katany...”
“Ah itu... (aku segera memotong pembicaraanya, tidak ingin mendengar kalimat selanjutnya) Iya, maaf aku...”
“Loh kok maaf ? nggak papa lagi. Aku juga pengen ngomong sama kamu...” kini dia yang memotong pembicaraan yang baru mau ku mulai untuk memberreskan semua ini.
“Kamu bukan pemarah kan ? aku takut kamu marah...” lanjutnya, kini dengan suara yang agak terbata.
“Ngomong apa ? ya kalo ngomong macem-macem pasti marah. Haha” aku tertawa, basi.
“Nggaklah. Ehmm. Mmm. Aku... jadi pacar kamu boleh ?”
DHEG. DHEG. DHEG.
Aku tercegat, lebih dari yang tadi. Dadaku berdesir, ini kenapa jadinya gini ? bathin ku. Segera aku memantapkan mulut ku. Satu, dua, tiga! Kabur! Eh, enggak deng.
“sebelumnya aku maaf sama kamu. Maaf aku nggak bisa, soal aku naksir kamu itu emang bener kok. Aku suka ngliat kamu. Tapi Cuma sebatas itu aja kok, kalau bertemu dengan mu aku seneng, tapi saat tidakpun aku lantas tidak punya hasrat untuk mnecari agar bisa bertemu denganmu. Kamu, menarik. Kata teman ku, aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Saat pertama melihatmu. Tapi, sayangnya aku gak percaya hal itu. Cinta, urusan hati. Aku lebih suka menyebutnya, suka pada pandangan pertama. Atau seperti yang sekarang berlangsung, Naksir pada pandangan pertama. Dan disitulah aku, pada naksir yang tidak beraharap apapun darimu...”
☺☺☺
Kantin Kampus. Pukul 12.47
Aku menceritakan semuanya yang terjadi tanpa terlewat satu katapun pada Falla. Ia hanya tertawa sepuasnya. Setelah aku selesai bercerita, ia bergantian yang bercerita. Bara, nama cowok itu. Beberapa hari yang lalu ternyata putus sama pacarnya. Ia mengatakan bahwa mungkin penyebabnya adalah aku. Aku hanya tertawa dan menolak mengiyakan. Jelas saja, itu tidak mungkin.
“Harusnya bukan gegara aku ya. Kamu kan ngomong ke dia baru kemarin, sementara dia udah putus sebelum hari kamu ngomong sama dia. jadi, ya nggak mungkin.”
“haha iya ya, huuu dodolll”
“ya lagian kamu sih, aku tuh Cuma naksir aja sama dia, itu aja kok. Sama sekali gak ada perasaan lebih atau harapan bisa pacaran sama dia. gila aja kalo gitu, kamu kan tau sendiri. Aku cintanya sama siapa...” jelasku lalu mengarahkan pandangan ku ke arah jam 10 dari meja kami, memandang dengan senyum pada pria berkacamata dan memakai kameja kotak-kotak itu. Dia sedang berjalan kearah kami, mengangkat tangan kananya lalu menggoyangkannya kearah ku. Pria itu, kekasih ku. Sudah 5 tahun kami bersama sejak lulus SMA. Adit. namanya.