Langit di ujung barat tampak seperti pipi penari yang ku lihat beberapa malam lau di sebuah pentas di perkampungan. Warnanya merah, merona. Senja sedang mendatangi ku yang kini berjongkok di pinggiran jalan tanpa kegiatan yang berarti. Aku hanya menikmatinya, melihat dunia dari bawah sini, memandangi jalanan ibukota saat senja datang, sesekali mendongak ke atas langit, entah apa yang kucari pada langit luas ciptaan Tuhan ku itu. Ke kanan lalu juga ke kiri, aku kini mempermainkan kepala ku. Sibuk sekali manusia-manusia ini, sampai berkumandang adzan magrib belum ku lihat ada seorang muslim mau berhenti sejenak untuk menyembah Tuhan nya. Yang ada hanya muslim juga muslimah yang datang dari rumah-rumahnya. Aku tentu saja tahu. Magrib sedang berlangsung, jalanan masih saja ramai, bunyi-bunyi klakson motor, mobil, truk bahkan bajaj seperti sedang berlomba bunyi klakson siapa yang paling hebat. oh Bumi, sungguh kasihan sekali dirimu. Senja kini berganti malam, aku masih disini, di pinggiran jalan di depan masjid kecil didalam ibukota.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar