Malam itu di tengah hujan, kami semua sibuk membangun tenda kecil untuk berteduh. Lalu ayah datang memanggil-manggil setengah berteriak nama “Anjeli”. Aku tahu bukan aku yang sedang dicarinya, tapi wanita yang bernama sama dengan ku itu, wanita yang ku kagumi, yang selalu menenangkan ku saat tangisku tak terbendung karena merindukan ibu...
wanita yang baik hati itu, wanita yang begitu mencintai anak-anak seperti aku. Wanita yang dicintai Ayahku, belakangan aku sadari itu dari mata Ayah yang memang tidak pandai berbohong.
“Ibu, Anjeli mana ?”
“Ini Anjeli, rahul” kata nenek ku sambil menunjuk ku.
“bukan, yang satu lagi, bu..” Balas Ayah ku dengan masih mencari-cari.
Lalu saat menoleh ke belakang, ia mendapati wanita itu, yang sedaritadi dicarinya. Sekaligus juga mendapati seorang lelaki seumurannya tepat dibelakang wanita itu. Ia berkata ia mengenal Ayah, kemudian lalu mengatakan ia juga mengenalku.
“Ah, itu Anjeli mu..”
lalu kemudian mendekap wanita itu dari belakang seraya berkata
“Ini Anjeli ku, cantik bukan...”
senyumnya saat mengatakan kalimat barusan itu sangat memberi tahu betapa bahagianya ia memiliki wanita itu, betapa bahagia dirinya. Tapi disini, disaat yang sama saat ia mengatakan kalimat itu, hati ku pedih sekali. Aku yakin, hal yang sama dirasakan juga oleh Ayah ku. Atau bahkan lebih dari yang kurasakan. Ia lalu menggenggam hangat tangan ku disaat hujan sedang derasnya. Lalu kemudian menciumnya dengan mata yang memancarkan rasa sakit tak terhingga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar